Interview dilaksanakan pada 4 Oktober 2017 di kediaman Ernantoro/ Sekretariat Fokmas Lasem
~Redaksi RembangTV~
Peneliti : Hal yang menarik adalah Bapak merupakan
menantu dari sejarawan Lasem yang selama ini menjadi rujukan. Bisa diceritakan,
Bapak?
Informan : Iya, betul. Saya meneruskan dari orangtua
sebagai mertua. Pada saat itu adalah sejarawan dari Kabupaten Rembang. Beliau
menggeluti situs-situs peninggalan sejarah yang ada di Lasem. Dan kami sebagai
menantunya mewarisi tentang itu, dan ahirnya saya harus mengikuti jejak dari
beliau. Ternyata pada tahun 2005, kami di lapangan banyak sekali yang menemukan
situs-situs peninggalan sejarah yang bermacam-macam benda. Dari benda-benda
bersejarah ini ternyata nilainya luar biasa setelah kita ketahui peneliti dari
Balai. Dan peninggalan itu ternyata tidak hanya dari Jawa. Banyak sekali
peninggalan-peninggalan yang dari luar. Ada peninggalan China, Persia dan dari
India. Itu di Lasem. Sekarang kenapa kok di Lasem? Ada apa di Lasem? Dan setelah lama saya pelajari dan saya belajar
dengan ahli-ahli yang datang dari sini, ternyata memang Lasem itu banyak sekali
yang dicari oleh pendatang-pendatang dari luar. Seperti tadi yang saya katakan
dari India, Persia, Arab dan dari China juga kesini. Kedatangan Ceng Ho
perjalanannya keliling Dunia itu tujuh kali, dia juga singgah disini, di Lasem.
Itulah Ceng Ho.
Informan : Nahh, ada tiga etnis disini kok begitu rukun
dan begitu dekat sekali seakan-akan tidak ada perbedaan. Disitulah kami
menyebutkan ada Ceng Ho, ada dari Arab, ada India juga kesini. Dan di Lasem
sendiri tadi sempat saya ceritakan bahwa penemuan yang kita temui di lapangan
itu ada zaman-zaman klasik (zaman candi) berarti itu masih zaman Hindu. Juga
ada zaman Belanda dating kesini. Dan peninggalannya banyak sekali seperti
bangunan-bangunan yang punya lebel-lebel Belanda. Kalau kita menggali tentang
kebersamaan atau toleransi yang ada di Lasem itu banyak sekali. Seperti sampai
ke perkawaninan antar etnis banyak sekali di Lasem. Lalu ada kesenian juga yang
tidak lepas dari ketiga etnis itu. Disini ada Wayang Bengkol. Wayang Bengkol
itu menceritakan tentang hal suatu keinginan dan itu tidak lepas dari
kesenian-kesenian Hindu. Lalu Gagrap pesisiran. Gragap pesisiran itu justru
tidak lepas dengan Binanga, putra dari Binangun. Pada saat keluarganya Binangun
kesini bersamaan dari rombongan Ceng Ho, dia tidak mau kembali. Ahirnya dia
berdomisili disini dengan keluarganya. Binangun punya istri yang namanya Putri
Nani. Punya dua orang anak, Binangna dan Binangti. Dan Binangti ini sekarang
bisa dilihat di Sujudan Putri Campa, yang namanya Binangti. Trus Binangna ini
meramu pembuat … yang makamnya di Demungan. Demungan itu dari kata demung. Jadi
ahirnya China sudah masuk sini. Walaupun china-china campa sebetulnya. Jadi
Campa itu tidak jauh dari satu Negara yang hampir sama dengan China. Disitulah
Lasem mulai sudah banyak sekali ditemui peninggalan-peninggalan atau mungkin
juga budayanya. Ahirnya menyatu di Lasem. Saya kira ini baru 15-20 persen
sebetulnya. Masih banyak yang belum selesai. Tapi sudah menampakkan bahwa Lasem
itu kalau bahasa Jawanya “neng Lasem iku opo wae ono”, itu temen-temen dari
Sejarah. Dari sejengkal tanah itu ilmu, sampai seperti itu. Memang betul
sekali. Dan untuk peninggalan-peninggalan yang sudah diteliti sementara kita
titipkan di Museum-museum. Saya menunggu nanti ketika pemerintah sudah memulai
dengan museum lapangan, baru kita mengumpulkan penemuan-penemuan di
masing-masing tempat penemuan.